Jumat, 04 Mei 2012
Ritel adalah panggung sandiwara
Ritel tak ubahnya seperti panggung sandiwara. Hal ini dikatakan oleh
Martin M. Pegler, seorang ahli visual merchandising dalam sebuah sesi
di The 2012 International Home + Housewares Show. Dalam forum tersebut
ia menyebut bahwa ritel adalah sebuah panggung, dan para pelanggan
adalah penontonnya yang datang untuk berbelanja dan dihibur.
Dengan analogi ini, Pegler menyebut bahwa produk adalah bintang
utamanya dan retailer adalah sutradara yang mengatur alur dan cerita
hingga mampu menarik para penonton. Jadi, kalau Anda pikir “pekerjaan”
retailer hanya menyusun produk-produk baru dan duduk manis menunggu
pelanggan datang untuk membeli, sepertinya Anda salah.
Menurut Pegler, retailer perlu berpikir hiburan seperti apa yang
disukai oleh pelanggan. “Retailer adalah host yang harus melihat
pelanggan sebagai tamunya dan menghibur mereka. Itu berarti membuat
pelanggan merasa nyaman dan diterima. Karenanya menjadi retailer tidak
cukup hanya berbekal ilmu tentang bisnis. Tidak cukup hanya menjadi
pebisnis yang baik dengan pengetahuan tentang produk dan pelanggan.
Mereka juga harus menjadi entertainer yang baik,” jelas Pegler.
Dalam setiap pertunjukkan, pembuka selalu menjadi bagian yang krusial.
Pembukaan yang menarik akan membuat penonton antusias menonton acara
utamanya. Dalam ritel, hal tersebut adalah bagian luar outlet.
“Semuanya dimulai dari bagian depan outlet. Tampilan, gaya, signage,
bahkan jenis huruf yang dipakai dalam signage tersebut akan memberikan
kesan tersendiri yang menunjukan siapa Anda,” ujarnya.
Pemeran utama dan plotnya di sini adalah visual merchandising. “Visual
merchandising adalah pengaturan stok di outlet. Hal tersebut haruslah
berorientasi pada pelanggan, baik dari sisi gaya hidup, fashion,
maupun hasrat dan kebutuhan mereka,” jelas Pegler yang mengajar di
Fashion Institute of Technology di New York ini.
Visual merchandise tidak bisa dikerjakan sembarangan. Hal tersebut
harus dikerjakan dengan ketrampilan dan gaya. Kalau itu bisa
dilakukan, maka visual merchandise dapat menceritakan kisah yang
menarik dan konsisten. “Visual merchandising harus membuat belanja
jadi mudah, mencari produk jadi mudah, mudah terlihat, dan mudah pula
dikoordinasikan dengan produk lainnya,” imbuh Pegler.
Akhirnya, penutup yang megah, penjualan. Di sini pembeli, produk, dan
penjual akhirnya bertemu di kasir. Inilah akhir bahagia yang kita
inginkan. Pegler memastikan bahwa pelanggan tidak melupakan hal-hal
kecil setelah membeli barang. Karenanya, ia menekankan peran penting
tas belanja.
“Tas-tas belanja itu akan terlihat di jalan-jalan, bis, kereta yang
kadang jaraknya berkilo-kilo meter dari outlet-nya. Inilah billboard
berjalan yang dapat memberikan kesan tersendiri,” jelasnya.
Teater ritel ini adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti.
Retailer harus terus merancang “pertunjukan” baru untuk para
pelanggannya. Satu pertunjukan yang diulang-ulang tentu akan
membosankan. Jadi ketika merchandise baru hadir dan pelanggan siap
kembali berbelanja, itu saatnya Anda mengumumkan pertunjukan baru
selanjutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar